Rabu, 18 Juni 2014

BIOLOGI – ERITROBLASTOSIS FETALIS


BIOLOGI – ERITROBLASTOSIS FETALIS

I.     Definisi
Eritroblastosis fetalis atau dalam  adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah) pada janin yang akan nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya.
Perbedaan faktor golongan darah ini akan mengakibatkan terbentuknya sistem imun (antibodi) ibu sebagai respon terhadap sel darah bayi yang mengadung suatu antigen. Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila bayi bergolongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif.
Gambar di atas merupakan gambar eritrosit anak golongan Rh+ digumpalkan oleh antibodi ibu (warna putih) yang bergolongan Rh- ketika dalam kandungan.

II.   Golongan Darah Rhesus
Sistem rhesus membedakan darah menjadi dua golongan, yaitu golongan darah rhesus positif yang mengandung antigen rhesus dan golongan darah rhesus negatif yang tidak mengandung antigen rhesus. Apabila antigen rhesus pada darah rhesus positif masuk ke dalam sirkulasi darah rhesus negatif, maka tubuh orang rhesus negatif akan membentuk antibodi untuk melawan antigen dari darah rhesus positif tadi. Antibodi adalah suatu protein yang berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing atau membawa benda asing atau membawa benda asing (antigen).
Contohnya adalah, apabila ada donor darah dari darah rhesus positif yang diberikan kepada resipien yang berdarah rhesus negatif, maka pada tubuh resipien akan mengalami pembekuan darah. Hal ini tidak membantu, tapi justru merugikan resipien karena ginjalnya akan bekerja lebih keras membersihkan darah yang membeku.
Hal sebaliknya tidak terjadi apabila darah rhesus negatif didonorkan pada resipien berdarah rhesus positif; tidak terjadi pembekuan darah karena darah dari donor tidak mengadung antigen

III.  Eritroblastosis Fetalis
Eritroblastosis fetalis terjadi apabila seorang laki-laki yang bergolongan darah rhesus positif menikah dengan wanita yang bergolongan darah rhesus negatif, maka anak mereka kemungkinan besar bergolongan darah rhesus positif karena faktor rhesus bersifat dominan secera genetika.
Kasus Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi pada kehamilan anak kedua dan seterusnya jika semua anak rhesusnya positif. Pada kehamilan pertama darah janin tidak banyak yang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu sehingga tidak terbentuk antibodi pada tubuh ibu, baru pada saat melahirkan darah janin banyak masuk ke sistem sirkulasi darah ibu. Terbentuknya antibodi setelahnya tidak berpengaruh karena bayi sudah terlahir.
Pada kehamilan berikutnya janin dalam keadaan yang lebih berbahaya karena antibodi ibu yang terbentuk setelah proses kelahiran sebelumnya menyerang sel darah janin yang mengadung antigen. Akibatnya sel-sel darah janin mengalami hemolisis (pecah) hebat.
Hemolisis menyebabkan bayi mengalami anemia. Tubuh bayi akan merespon kekurangan sel darah merah ini dengan melepaskan sel darah merah yang masih muda yang disebut eritroblas ke dalam sirkulasi darahnya (makanya disebut eritroblastosis fetalis; fetal = fetus = janin).
IV.  Hubungannya dengan Eritroblastosis Fetalis
Orang Asia pada umumnya bergolongan darah rhesus positif, di Indonesia hanya 0,5 % saja yg bergolongan darah rhesus negatif. Berbeda dengan orang bule (Amerika, Eropa, dan Australia) yang lebih banyak bergolongan darah rhesus negatif (15%-18%).
Jadi apabila laki-laki Indonesia yang mayoritas rhesus positif menikah dengan wanita bule yang kemungkinan rhesus negatif, anaknya beresiko mengalami eritroblastosis fetalis.

V.   Cara Meminimalisasi Eritroblastosis Fetalis
Apabila diketahui ayah bergolongan rhesus positif dan ibu rhesus negatif, sebaiknya dilakukan pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu. Bila memungkinkan dapat dilakukan amniosintesis atau pengambilan darah janin dari umbilical cord sehingga golongan darah janin dapat diketahui. Apabila ada tanda bahaya dan kehamilan telah berusia 32-34 minggu hendaknya kehamilan segera diakhiri dengan segera melakukan kelahiran.

Senin, 16 Juni 2014

MIKROSKOP


 APA ITU MIKROSKOP ???

Terlihat dari namanya, Mikroskop adalah alat optik yang terdiri dari susunan beberapa lensa pembesar yang digunakan untuk melihat benda, jasad renik, mikroorganisme, atau bagian tubuh makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.  
Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.  


BAGIAN-BAGIAN MIKROSKOP



Bagian-bagian mikroskop dan cara menggunakannya
  1. Lensa objektif adalah lensa yang menghadap ke arah preparat yang berfungsi memperbesar bayangan preparat. Perbesaran yang tersedia adalah 10 kali, 40 kali, dan 60 kali. 
  2. Revolver atau pemutar lensa adalah alat yang digunakan untuk memasang lensa objektif. Alat ini dapat diputar-putar agar lensa objektif berada pada kedudukan yang sesuai.
  3. Lensa okuler adalah lensa yang menghadap ke arah mata kita yang berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa objektif.Perbesaran yang tersedia adalah 5 kali, 10 kali, dan 12,5 kali.
  4. Tubus okuler adalah bagian yang menghubungkan lensa okuler,revolver, dan lensa objektif.
  5. Kaca atau cermin merupakan bagian alat penerang yang berfungsi untuk menangkap cahaya, kemudian memantulkannya ke arah kondensor.
  6. Diafragma merupakan bagian yang dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Bagian ini dapat menutup dan membuka.
  7. Kondensor merupakan bagian yang berfungsi memusatkan cahaya pada preparat yang kita amati.
  8. Dasar atau kaki yang bentuknya menyerupai tapal kuda.
  9. Tiang atau penyangga yang menghubungkan dasar dan pegangan mikroskop.
  10. Lengan mikroskop yang merupakan tempat memegang mikroskop.
  11. Meja benda yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan preparat yang akan diamati dengan mikroskop. Bagian tengah meja ini berlubang sebagai lubang untuk masuknya cahaya dari kondensor.
  12. Penjepit berfungsi sebagai penjepit kaca yang berisi preparat agar tidak bergeser-geser.
  13. Makrometer atau tombol pengatur kasar berfungsi menggerakkan lensa naik-turun dengan cepat. 
  14. Mikrometer atau tombol pengatur halus berfungsi menggerakkan lensa naik-turun secara perlahan-lahan. 

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP
  1. Peganglah lengan mikroskop dengan salah satu tangan dan tangan lain menyangga kaki mikroskop. Letakkan mikroskop di atas meja pengamatan dengan bagian lengan tepat berada di hadapanmu. Lalu,bersihkan lensa dan cermin dengan menggunakan kertas tisu. Setelah dibersihkan, pasangkan lensa okuler dengan perbesaran lemah. 
  2. Agar didapat medan penglihatan yang baik, putarlah revolver sehingga diperoleh perbesaran terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus okuler. 
  3. Putarlah cermin mikroskop ke arah sumber cahaya sambil melihat melalui lensa okuler sehingga diperoleh medan yang terang tanpa bayangan benda lain. 
  4. Letakkan preparat yang akan kalian amati di atas meja benda, lalu jepitlah dengan penjepitnya sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondensor menembus kaca benda. 
  5. Untuk mencari fokus, lakukanlah dengan dua cara berikut ini.
  •  Perbesaran lemah. Lensa okuler dengan perbesaran 5 kali dan lensa objektif dengan perbesaran 10 kali dapat diartikan bahwa preparat diamati dengan perbesaran 50 kali. Dengan cara menurunkan lensa okuler serendah mungkin, lensa objektif juga diturunkan sampai berjarak kira-kira 8 mm dari kaca preparat. Setelah itu, arahkan salah satu mata kalian ke lubang lensa okuler sambil memutar-mutar makrometer sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.
  •   Perbesaran kuat. Lensa okuler dengan perbesaran 12,5 dan lensa objektif dengan perbesaran 60 kali sehingga preparat dapat diamati dengan perbesaran 750 kali. Mulailah dengan menutup preparat dengan kaca penutup, lalu naikkan kondensor sampai mau menyentuh kaca preparat (objek),kemudian bukalah diafragma selebar-lebarnya dan turunkan lensa objektif sampai hampir menyentuh kaca penutup preparat. Setelah itu, dengan makrometer, naikkan lensa objektif sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.
        6. Setelah mikroskop selesai digunakan, bersihkanlah lensa objektif dengan menggunakan xylol.